Pidato Pertama Hadhrat
Khalifatul Masih I(r.a.)
Sesudah mendengar himbauan-himbauan para anggota Jama'at,
Hudhur membaca Kalimah dan Ta'awudz yang sesudahnya beliau
membacakan ayat dari Kitab Suci Al-Qur'an berikut ini:
(teks Arab) (Surah Ali Imran:105)
Dan hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang
menyeru kepada kebaikan, dan memerintahkan berbuat kebaikan dan melarang
berbuat kejahatan. (Ali
Imran:105)
Hudhur(r.a.) selanjutnya menyatakan,
"Aku memuji Allah Ta'ala yang adalah Tuhan kita yang
azali dan abadi. Setiap nabi yang diutus oleh Tuhan diberikan tugas-tugas
tertentu yang dia laksanakan. Sesudah itu, dia akan kembali kepada-Nya.
Diketahui bahwa Nabi Musa(a.s.) wafat sebelum beliau mencapai Tanah Yang
Dijanjikan. Nabi Suci Muhammad(s.a.w.) diberi-tahukan bahwa kepada beliau akan
diberikan kunci-kunci Kaisar dan Kisra, tapi beliau wafat sebelum barang-barang
itu dianugrahkan kepada beliau. Banyak rahasia Tuhan yang tersembunyi dan
terselubung dalam kejadian-kejadian ini. Orang-orang heran mengenai bagaimana
dan mengapa berbagai nubuwatan-nubuwatan yang tampaknya tetap tak tergenapi,
tapi pada pendapatku tindakan Tuhan adalah untuk menyempurnakan pekerjaan-Nya
secara bertahap dan dan kadang-kadang nubuwatan-nubuwatan-Nya tertuju kepada
para penerus nabi itu dan bukan nabi itu sendiri. Sama halnya pada waktu-waktu
yang lain hal itu ditujukan kepada suatu generasi penerus masa mendatang tapi rujukan yang sebenarnya adalah kepada
orang-orang di masa lalu. Misalnya, pada surah pertama dari Al-Qur'an Suci dan
pada sejumlah tempat yang lain, Tuhan berfirman kepada (tentang) orang-orang
Yahudi di masa Nabi Suci Muhammad(s.a.w.) bahwa kalian (mereka) meminta air
kepada Musa(a.s.), padahal kenyataan yang sebenarnya dalam ayat itu merujuk
kepada para pengikut Nabi Musa(a.s.) yang hidup dalam masa Rasulullah(s.a.w.).
Dengan demikian perkataan Tuhan terwujud sendiri dengan berbagai cara. Hal itu
merupakan tindakan Tuhan untuk menggenapkan janji-janji Ilahi tertentu pada
masa kemudian. Dia berfirman:
(teks Arab) (Al-Mu'min:29)
Sebagian dari apa yang dia ancamkan kepada kalian tentu akan
menimpa kalian.
Dan perkataan (teks Arab) ba'dhalladzi menunjukkan
bahwa tidak semua janji dari para nabi terpenuhi di masa kehidupan mereka.
Hadhrat Syeikh Abdul Qadir Jailani bersabda,
(teks Arab)
Kadang-kadang tampak bahwa Allah tidak memenuhi janji-Nya
dan orang-orang yang bodoh, berpikir bahwa Tuhan telah gagal untuk menunjukkan
kesetiaan kepada hamba-hamba-Nya. Tetapi janji itu terwujud pada waktu yang
tepat dan ditentukan.
Perhatikanlah kehidupanku sebelum ini. Aku tak pernah
mendambakan suatu kedudukan. Ketika Maulwi Abdul Karim Sahib biasa mengimami shalat,
aku sendiri merasa bebas dari satu beban yang berat. Aku mengetahui siapa aku
ini dan Tuhanku bahkan lebih mengetahui keadaan jiwaku. Aku telah selalu
menghindari pamer. Aku sama sekali tidak menyukai kecemerlangan pribadi.
Satu-satunya harapanku adalah bahwa Tuhanku tetap ridha kepadaku. Aku
berulang-ulang berdo'a untuk itu. Inilah sebabnya aku telah tinggal dan akan
terus menetap di Qadian. Aku telah melewatkan hari-hariku [dengan] kekhawatiran
mengenai apa yang akan terjadi dengan kita sepeninggal Hadhrat Sahib(a.s.).
Kekhawatiran ini telah membimbingku untuk berupaya dan menyediakan bagi Mian
Mahmud dengan pendidikan sebaik mungkin. Tiga orang dari keluarga terdekat
Hudhur ada di antara kita. Pertama, Mian Mahmud Ahmad, yang aku anggap sebagai
saudaraku dan putraku [sendiri]. Aku mempunyai hubungan yang amat dekat
dengannya. Kedua, karena kedekatan hubungannya dengan Hadhrat Sahib, Mir Nasir
Nawab Sahib menduduki tempat terhormat. Sama halnya di kalangan pengkhidmat
agama, Sayyid Muhammad Ahsan Sahib adalah seorang pribadi yang amat
berkemampuan dan cerdas. Lagi pula beliau adalah seorang Sayyid. Beliau telah
mengkhidmati agama dengan cara yang dapat membuat orang seperti aku ini menjadi
malu. Bahkan dalam usia lanjutnya, beliau telah banyak menulis untuk menyokong
Hudhur. Khidmat ini telah dapat dilakukan hanya oleh beliau. Kemudian ada
Maulwi Muhammad Ali Sahib yang juga melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam
kadar yang aku bahkan mulai tidak dapat
membayangkannya. Semua orang itu hadir di antara kita. Sayyid Hamid Syah Sahib,
Maulwi Ghulam Hasan Sahib, dan banyak para sahabat lain yang juga beserta kita.
Ini merupakan satu beban yang mematikan dan berat yang hanya
dapat dipikul oleh orang yang diangkat oleh Tuhan. Tuhan menguatkan siapapun
yang Dia tunjuk dengan janji ke-Tuhan-an yang mendukung orang itu menghadapi
segala kesusahan dan kesedihan yang mungkin [terjadi]. Renungkan saja keadaan
kita akhir-akhir ini yang gawat. Hal itu sangat berbahaya (kritis) bagi kaum
pria, wanita dan anak-anak Jama'at kita untuk tetap bersatu. Jika kalian
menginginkan kalian boleh berbai'at di tangan para anggota Jama'at yang senior
dan saleh. Aku beserta kalian. Tapi aku sudah tua, Hal. 23
sakit-sakitan dan kesehatanku buruk. Untuk mengemban satu
tugas yang demikian besar adalah tidak mudah. Hadhrat Sahib mempunyai empat
tujuan dalam kehidupan beliau:
·
Pertama
untuk beribadah kepada Tuhan.
·
Kedua
memelihara (mengurus) keluarga beliau.
·
Ketiga
melayani para tamu.
·
Dan
keempat, penyebaran Islam yang merupakan tujuan utama beliau dan maksud
kedatangan beliau.
Ibadah merupakan satu urusan bagi pribadi dan Hudhur akan
terus beribadah kepada Tuhannya sesudah kehidupan ini. Oleh sebab itu kita
dibebaskan dari tanggung jawab ini. Selain ini, tiga tujuan lain yang di luar
itu, penyebaran Islam adalah yang paling penting. Pada zaman ini, kita wajib
berjuang bukan hanya [berhadapan] dengan atheisme (paham tak ber-Tuhan) tapi
juga [berhadapan] dengan perselisihan di dalam agama. Tuhan telah membangkitkan
Jama'at ini agar membebaskan dunia sekarang ini dari perpecahan dan
perselisihan yang berlaku di dalamnya. Hal ini mungkin tampak mudah bagi kalian
tapi orang yang ditugasi dengan tanggung jawab ini tidak gagal untuk mengenali
beratnya tugas itu. Aku bersumpah di hadapan kalian dengan nama Allah bahwa
kalau kalian menghendaki untuk berbai'at di tangan seseorang yang telah aku
sebutkan, aku juga siap untuk melakukannya bersama kalian.
Bagaimanapun, jika kalian mendesak untuk mengambil bai'at di
tanganku maka ketahuilah bahwa bai'at juga berarti menjual diri kalian. Hadhrat
Sahib(a.s.) suatu kali mengarahkan kepadaku bahwa hendaknya aku bahkan tidak
memikirkan kemungkinan pulang kembali ke kampung halamanku yang sesudah itu aku
membaktikan seluruh kehidupanku kepada beliau dan tak pernah sekalipun,
memikirkan pulang kembali. Mengambil janji bai'at merupakan satu perbuatan yang
sukar. Hal itu berkaitan dengan kewajiban membaktikan kehidupan kalian demi
keridhaan yang lain. Sebab alasan itu, sehingga Tuhan telah menggunakan istilah
abd untuk merujuk kepada orang-orang yang setia kepada Dia. Memikul
beban kewajiban ibadah [bagi] diri sendiri adalah cukup sukar (berat), apalagi
memikul [beban] orang lain. Hal itu menuntut satu kekuatan dan keberanian besar
untuk menyatukan banyak orang yang berbeda. Aku mendapati diriku terheran-heran
dengan karya-karya Hadhrat Sahib(a.s.). Walaupun kesehatan beliau buruk beliau
telah diberikan banyak tugas. Beliau selalu sibuk dalam karya-karya penulisan
syair, karangan dan ilmiah sementara juga sedang melaksanakan tugas-tugas
penting beliau lainnya. Aku hampir seusia beliau dan lemah serta da'if padahal
beliau terus-menerus menikmati bantuan Tuhan. Itulah sebabnya bahwa Allah
berfirman:
(teks Arab) (Ali Imran:104)
Agar dengan karunia-Nya kalian menjadi seperti saudara.
Yakni, segala sesuatu tergantung pada karunia dan berkat
Tuhan. Aku kemukakan di hadapan kalian contoh musibah dan perselisihan yang,
[karena] selamatnya Makkah, Madinah dan Jawasa mempengaruhi seluruh Arabia di masa
Hadhrat Abu Bakar(r.a.). Sedemikian rupa kegawatan-kegawatan sehingga
bahkan sebagian kaum Makkah mulai memberontak. Tapi orang yang suci dan murni
ini menghadapi mereka dengan pertanyaan bahwa apabila mereka merupakan di
antara orang-orang yang belakangan menerima Islam mengapa mereka siap untuk
menjadi orang-orang pertama yang membelakanginya? Aisyah Shiddiqah(r.a.)
mengatakan bahwa gunung yang jatuh menimpa bapak beliau pada waktu itu tentu
akan menghancurkan orang lain. Lagi pula, walaupun [terjadi] konflik dan
perselisihan yang mempengaruhi Arabia, Hudhur sesuai dengan perintah
Rasulullah(s.a.w.) masih memberangkatkan serombongan 20.000 tentara yang kuat
ke Syiria. Akhirnya tangan Tuhan Sendiri yang bekerja dan banyak bahaya yang
mengancam Islam dihindarkan.
(teks Arab) (An-Nur:56)
Dia pasti akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang Dia
ridhai bagi mereka.
Waktu yang tersebut dalam Kitab Suci Al-Qur'an itu sedang
terjadi dan kita dihadapkan pada keadaan yang serupa dengan yang dihadapi
Hadhrat Abu Bakar(r.a.). Oleh sebab itu aku meminta kalian untuk bersatu di
dalam satu kalimah sebelum pemakaman Hudhur dilaksanakan. Sesudah
kewafatan Nabi Suci Muhammad(s.a.w.), para sahabat beliau dibebani dengan satu
tanggung jawab bersama yang besar. Tugas pertama dan paling penting mereka
adalah menghimpun Kitab Suci Al-Qur'an. Hari ini kita wajib bersatu dengan
beramal menurut ajaran-ajarannya. Kedua Hadhrat Abu Bakar(r.a.) menegakkan
nizam bagi sistem zakat. Ini merupakan satu upaya besar. Pengaturan satu sistem
zakat menuntut tingkat ketaatan yang tinggi. Selain semua ini, beliau harus
menjaga dengan baik keluarga beliau. Dengan demikian beliau dihadapkan pada
sejumlah tantangan. Kini hal itu merupakan kewajiban bagi kalian untuk taat
kepadaku tanpa memandang kepribadian, watak dan pandangan kalian sendiri. Jika
kalian berkehendak untuk melakukan hal ini, maka aku dengan rasa enggan dan
berat hati menerima beban ini. Sepuluh syarat bai'at yang asli akan diterapkan.
Dari hal-hal ini aku menekankan peningkatan dan sarana pelajaran Kitab Suci
Al-Qur'an, pengaturan sistem zakat, penyediaan muballigh-muballigh, [dan
mengenai] hal-hal yang lain lagi semoga Allah menarik perhatianku di masa
kemudian. Lagi pula, kurikulum agama yang diajarkan di madrasah akan aku
putuskan. Aku akan memikul beban ini demi keridhaan Allah semata,
(teks Arab) (Ali Imran:105)
Dan hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang
menyeru kepada kebaikan
Ingatlah bahwa keuntungan kita adalah tetap berada dalam
persatuan, orang-orang yang kosong dari kepemimpinan menyerupai kematian."
(Al-Badar, Qadian, 2 Juni 1908, hal. 7)
Sesudah pidato yang bersemangat ini semua orang yang hadir
menyatakan bahwa mereka siap untuk menaati setiap perintah Hudhur dan memohon
lagi kepada Hudhur untuk menjadi pemimpin mereka dan penerus Hadhrat Masih
Mau'ud(a.s.). Sekitar seribu dua ratus Ahmadi berbai'at di tangan Hudhur.
Sesudah itu kaum wanita Jama'at juga menyampaikan janji bai'at mereka kepada
lembaga Khilafat. Yang pertama kali adalah Hadhrat Ummul Mu'minin. Dengan
demikian dengan cara ini era Kudrat Kedua bermula. (Al-Hakam, Qadian, 28 Mei
1908)
Dr. Ittar Din Darwisy Qadian meriwayatkan bahwa sesudah
pemakaman Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.) beliau kembali ke Qadian bersama dengan
Ch. Fateh Muhammad Sayyal Sahib dan Syeikh Muhammad Taimur Sahib, ketika berada
di dekat sumur halaman gedung besar yang dikelilingi tembok itu seseorang
meletakkan tangannya di pundak beliau. Beliau menoleh dan melihat bahwa orang
itu adalah Hadhrat Khalifatul Masih I, yang bertanya, "Mian Ittar Din,
apakah Muhammad Ali berbai'at di tanganku." Yang beliau jawab bahwa dia
sudah melakukannya. Kemudian beliau memberi-tahukan para sahabat mengenai
peristiwa itu. (Ashabe Ahmad, Jilid 10, hal. 11)
Sumber:
Buku Suvenir “Centenary Khilafat-e-Ahmadiyya” Tahrik-e-Jadid Anjuman Ahmadiyya
Pakistan, hal. 23-24
Pidato
Pertama Yang Bersejarah Dari Hadhrat Khalifatul Masih II
Sesudah
terpilih sebagai Khalifah, Hudhur menyampaikan pidato berikut ini:
"Dengarlah,
sahabat-sahabatku! Aku meyakini bahwa Allah Ta'ala adalah Tunggal dan tak
mempunyai sekutu. Hai orang-orang yang kukasihi! Aku juga mengimani bahwa Nabi
Suci Muhammad(s.a.w.) adalah Rasul Allah dan khatam dari semua nabi. Aku
mengimani bahwa tak seorangpun dapat diutus untuk membatalkan ajaran beliau
bahkan walaupun satu titik.
Para
sahabatku yang terkasih! Majikanku yang terkasih, Nabi Suci Muhammad(s.a.w),
menempati satu kedudukan yang demikian agung sehingga seseorang dapat, dengan
menjadi hamba beliau dan menampilkan kesetiaan sepenuhnya dan taat kepada
beliau, memperoleh kedudukan kenabian. Keistimewaan dan kehormatan ini dimiliki
oleh Nabi Suci(s.a.w.) seorang. Aku juga mengimani bahwa Kitab Suci Al-Qur'an
diwahyukan kepada beliau dan bahwa itu merupakan meterai dari semua kitab suci
dan hukum agama. Aku mengimani kitab-kitab [hadits riwayat] Muslim dan Bukhari.
Aku mengulangi kembali perkataan bahwa bahkan tidak satu katapun dari Syariah
Islam dapat dibatalkan. Ikutilah contoh teladan para sahabat
Rasulullah(s.a.w.). Mereka merupakan perwujudan dari do'a-do'a dan hidayah
beliau. Sesudah keimanan mereka kepada Nabi Suci(s.a.w.) Jamaah Muslimin
bersepakat dengan satu suara mengenai pentingnya lembaga Khilafat. Pandanglah
sekilas pada sejarah Islam dan kalian akan melihat bahwa kemajuan yang diraih
oleh kaum Muslimin selama pemerintahan Khilafah Rasyidah menurun (mengalami
kemunduran) dengan ditetapkannya kerajaan hingga pada tingkatan bahwa para
penganut [Islam] mendapatkan diri mereka dalam [keadaan] genting yang
menyedihkan akhir-akhir ini, yang kalian sendiri saksikan. Sesudah 1300 tahun
Allah telah mengutus Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.) atas jalan kenabian sesuai
dengan janji-janji dari Nabi Suci(s.a.w.). Sesudah kewafatan Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.),
Tuhan menghidupkan kembali lembaga Khilafat dan menegakkannya kembali. Semoga
Allah menganugrahkan kepada Hadhrat Khalifatul Masih, Maulana Nuruddin Sahib
dengan satu kedudukan yang unggul dan mencurahkan berkat-berkat-Nya kepada
beliau dengan ganjaran dalam cara yang di dalamnya hati beliau dipenuhi dengan
kecintaan kepada Nabi Suci(s.a.w.) dan Masih Mau'ud(a.s.). Ya Tuhanku,
tempatkanlah beliau bersama dengan ruh-ruh suci dan mulia lainnya. Beliau
adalah Khalifah pertama dan kita semua melakukan bai'at kita di tangan beliau.
Selama lembaga Khilafat dihargai terus Islam akan berkembang dan maju, secara
duniawi dan secara ruhani. Karena aku telah diminta secara berulang-ulang untuk
memikul beban ini dan keinginan-keinginan kalian telah dinyatakan dalam
syarat-syarat bai'at kalian, aku merasa bahwa hal itu akan tepat untuk
mengatakan beberapa patah kata kepada kalian.
Syarat-Syarat
Bai'at
Hudhur
mengambil bai'at dengan cara yang sama dengan Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.) dan
Hadhrat Khalifatul Masih I(r.a.) telah lakukan, yakni beliau memegang tangan
orang yang berbai'at dan mengucapkan kalimat-kalimat bai'at yang kemudian akan
diulangi oleh orang lain.
(teks
Arab)
Aku
bersaksi bahwa tiada yang patut disembah kecuali Allah. Dia Maha Esa; tiada
sekutu bagi-Nya; dan aku barsaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.
Aku
bertobat dari dosa-dosaku sebagai anggota Jama'at Ahmadiyah di tangan Mahmud.
Dengan niat yang kuat, aku bertekat untuk menjauhi dosa-dosa di masa mendatang
sejauh kemampuanku dengan karunia Allah Ta'ala. Aku akan selalu mendahulukan
agama di atas ikatan-ikatan dunia. Aku tidak akan menyekutukan sesuatupun
dengan Allah. Aku berupaya untuk taat kepada semua perintah Islam. Aku
mengimani bahwa Hadhrat Muhammad(s.a.w.) adalah Khatamul Anbiya (meterai
dari semua nabi) dan aku mengimani kebenaran Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.). Aku
akan taat kepada tuan dalam segala sesuatu yang baik. Aku akan membaca dan berupaya
untuk memahami dan beramal menurut ajaran-ajaran Kitab Suci Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi Suci(s.a.w.). Aku juga akan berupaya untuk membaca, memahami dan
beramal menurut tulisan-tulisan Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.).
(teks
Arab)
Aku
memohon ampun kepada Allah Tuhanku dari segala dosa-dosaku, dan kepada-Nya aku
bertobat.
(teks
Arab)
Terjemahan:
"Ya Tuhanku, aku telah berlaku aniaya terhadap diriku sendiri dengan
keaniayaan yang besar dan aku mengakui dosa-dosaku. Maka ampunilah dosa-dosaku
sebab tak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau." (Al-Fadhal,
Qadian, 21 Maret 1914)
Hal. 29
Hatiku
dipenuhi dengan rasa takut dan aku menganggap diriku seorang yang lemah.
Diriwayatkan dalam kitab hadits bahwa orang hendaknya tidak memberikan tugas
kepada seorang hamba sahaya yang dia sendiri tidak dapat melakukannya. Dengan
memilihku sebagai Khalifah, kalian telah menjadikan aku hamba sahaya kalian,
oleh sebab itu jangan meminta dariku untuk apa yang berada di luar batas
kemampuanku. Aku menyadari bahwa aku lemah dan penuh dosa dan aku [merasa ]
kehilangan (tidak mengerti) mengenai bagaimana mungkin aku dapat membimbing
dunia dan memimpin mereka kepada kesalehan. Hanya ada sedikit orang dari
[kalangan] kita, padahal para penentang Islam itu besar bilangannya. Tapi kita
mempunyai harapan pada berkat-berkat, dukungan dan kasih-sayang Allah yang tak pernah ada akhirnya itu.
Kalian telah meletakkan beban ini atasku maka dengarkanlah apa yang harus aku
katakan. Bantulah aku melaksanakan kewajiban-kewajibanku dengan memohon kepada
Allah bagi berkat-berkat-Nya dan taatlah kepadaku agar kalian boleh meraih
keridhaan Allah.
Aku
adalah seorang pribadi yang lemah maka maafkanlah kelemahan-kelemahanku. Sebab
Tuhan Yang Maha Mengetahui adalah saksiku, aku juga akan melupakan dan
memaafkan kesalahan-kesalahan kalian. Tugas kita adalah membantu mengadakan
perubahan mengenai kemajuan dan kemakmuran Jama'at ini. Kini karena kalian
telah menegakkan hubungan ini, tunaikanlah tanggung jawab kalian ke arah itu.
Bersama dengan karunia Tuhan kita akan memaafkan kekurangan satu sama lain.
Kalian wajib taat sepenuhnya kepadaku. Seandainya - na'udzubillah - aku
mengingkari keesaan Tuhan, maka aku bersumpah demi Tuhan Yang di tangan-Nya
terletak keberadaan kita, Yang adalah, (teks Arab)
Tak
ada sesuatupun yang semisal dengan Dia
(Asy-Syura:12)
Maka
kalian seharusnya tidak mengikutiku dalam hal ini. Lagi seandainya -
na'udzubillah - aku mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan kenabian maka
jangan dengarkan aku. Jangan taat kepadaku seandainya aku mengatakan sesuatu
kepada kalian yang bertentangan dengan apa yang diajarkan Hadhrat Masih
Mau'ud(a.s.) melalui wahyu Ilahi dan yang beliau berikan kepada kita.
Bagaimanapun, aku harus menekankan lagi bahwa kalian wajib taat kepadaku dalam
segala sesuatu yang baik. Jika kalian taat, setia dan memenuhi janji-janji
kalian, maka ingatlah bahwa berkat-berkat Allah akan mendukung dan menyokong
kita dan do'a-do'a kita bersama-sama akan dikabulkan. Aku meyakini kasih-sayang
Tuhan kepadaku dan percaya bahwa Dia akan menyebabkan aku menang. Selama hari
Jum'at kemarin dulu, aku mengalami suatu mimpi yang di dalamnya aku melihat
bahwa aku jatuh sakit dan merasa sakit setengah mati. Aku khawatir bahwa aku
telah dijangkiti oleh wabah ta'un. Aku menutup pintu rumah di tengah-tengah
kekhawatiranku yang meningkat dan teringat kembali janji Tuhan kepada Hadhrat
Masih Mau'ud(a.s.).
(teks
Arab)
Sesungguhnya
Aku akan melindungi semua yang berada dalam rumah engkau.
Yang
telah tergenapi selama masa hidup beliau. Aku mempunyai pikiran bahwa hal itu
tak berlaku lagi sesudah kewafatan beliau. Tiba-tiba aku menyadari bahwa aku
bukan tidur melainkan [dalam keadaan] sadar.
Mataku terbuka dan aku dapat melihat tembok, pintu dan perabotan kamar.
Ketika dalam keadaan [seperti] ini aku menampak Tuhan dalam wujud sinar putih
cemerlang yang sedang timbul tanpa suatu awal ataupun akhir. Satu tangan muncul
dari sinar ini yang sedang memegang mangkok cina putih berisi susu. Aku disuruh
minum darinya dan segera setelah aku selesai minum aku terbebas dari sakitku.
Sebelumnya aku telah menceritakan peristiwa itu hanya sampai poin ini. Aku kini
akan menceritakan kepada kalian apa yang terjadi selanjutnya. Sesudah aku
meminum dari mangkok itu perkataan "ummatku tak akan pernah tersesat"
terucap dari bibirku. Aku tak mempunyai ummat dan kalian semua adalah
saudara-saudaraku. Bahkan, perkataan-perkataan ini bermakna bukan hanya
hubungan ruhani antara Rasulullah(s.a.w.) dan Masih Mau'ud(a.s.) melainkan juga
[bermakna] tanggung jawab pekerjaan yang dibebankan kepada Hadhrat Masih Mau'ud
melalui diriku. Oleh sebab itu kalian hendaknya berdo'a dan membina hubungan
denganku. Sering-seringlah datang ke Qadian sebanyak yang kalian sanggup.
Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.) biasa bersabda berulang-kali bahwa orang-orang yang
tidak datang ke Qadian secara teratur membahayakan kekuatan iman mereka.
Kalian
wajib bekerja sama untuk meraih tujuan utama kita yang adalah penyebaran Islam.
Dengan berbuat demikian kalian akan menjadi penerima berkat-berkat dan karunia-karunia
Tuhan. Aku katakan lagi, bahwa sesudah berbai'at dan memilihku [sebagai
khalifah] sesudah Hadhrat Masih Mau'ud, kalian wajib dengan setia memikul
tanggung jawab kalian kepadaku. Ingatlah aku dalam do'a-do'a kalian, dan aku
akan mengingat kalian dalam [do'a-do'a]ku. Aku tentu akan lebih banyak lagi
berdo'a bagi kalian sebagaimana aku telah lakukan hingga kini. Aku tak akan
pernah melupakan para anggota Jama'at dalam do'a-do'aku, tapi sejak sekarang
dan seterusnya aku bahkan akan lebih mengingat hal ini. Permohonanku yang
paling kuat adalah orang-orang yang di dalamnya aku berdo'a bagi kalian. Jangan
bertindak seperti orang-orang yang menyalahi janji mereka terhadap Tuhan. Kita
semua hendaknya berdo'a semoga Tuhan membolehkan kita untuk hidup dan mati
sebagai Muslim. Amin. (Al-Fadhal, Qadian, 21 Maret 1914, hal. 2,3)
Sumber: Buku Suvenir “Centenary Khilafat-e-Ahmadiyya”
Tahrik-e-Jadid Anjuman Ahmadiyya Pakistan, hal. 29-30
Pidato
Umum Pertama Dari Hadhrat Khalifatul Masih III
Hudhur
mengambil sumpah berikut ini yang telah ditetapkan oleh Hadhrat Khalifatul
Masih II:
"Saya
dengan ini menyatakan, Allah sebagai saksi saya, bahwa saya meyakini Khilafat
Ahmadiyah. Saya menilai orang-orang yang tidak mempercayainya sebagai salah jalan.
Saya akan melakukan semampu saya untuk membantu menjaga lembaga Khilafat hingga
hari kiamat. Saya akan berupaya sekeras-kerasnya untuk menyebarkan pesan Islam
ke seluruh penjuru dunia. Saya akan memelihara secara adil hak-hak kaum kaya
dan miskin Ahmadi kedua-duanya. Saya akan bekerja keras, secara pribadi dan
dengan orang-orang lain untuk membantu menyebarkan ilmu-ilmu Al-Qur'an Suci dan
hadits."
Sesudah
membaca tasyahud dan ta'awudz, Hadhrat Khalifatul Masih
menguatkan kembali sumpah ini dan bersabda:
"Saya
telah menyatakan sumpah ini di hadapan kalian dengan hati yang bersih dan
sebagai kesaksian atas kenyataan bahwa Allah adalah Maha Mengetahui, sedang
melihat segala sesuatu, dan menyaksikan segala yang tersembunyi. Saya
menganggap orang-orang yang dusta dan tak jujur adalah terkutuk. Saya akan
membantu penyebaran pesan Islam sebaik-baiknya [sesuai dengan] kemampuan saya.
Saya akan bekerja sebaik-baiknya untuk masing-masing dan setiap orang dari
kalian dan akan peduli terhadap kalian. Karena kalian telah meletakkan
tanggung-jawab yang berat ini di pundak saya, saya percaya bahwa kalian juga
akan menolong saya dengan nasihat dan do'a-do'a kalian bahwa semoga Tuhan
memperkenankan saya, orang yang hina dan lemah seperti saya, untuk menyebarkan
pesan Islam dan Ahmadiyah dan menegakkan keesaan-Nya di dunia ini. Saya berdo'a
bahwa melalui kasih-sayang-Nya semoga Dia mencahayai hati saya dengan cahaya
Ilahi dan mengajarkan saya apa yang kita sendiri tidak dapat raih. Saya ini
jahil, tak berdaya, lemah dan hampa dari suatu ilmu pengetahuan. Ketika nama
saya diusulkan saya terguncang hingga ke inti keberadaan saya dan mulai
mempertanyakan nilai diri saya sendiri. Saya berpikir mengenai kenyataan bahwa
Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.), Imam kita yang tercinta, tegak dengan berkat-berkat
yang terkira yang Tuhan telah anugrahkan kepada beliau, merujuk diri beliau
sendiri dengan kata-kata:
Hal. 33
(teks
Urdu)
(Aku
adalah setara dengan debu bumi yang tak bermakna bukan pula aku ini seorang
manusia)
Jika
Imam tercinta kita telah mempersembahkan diri beliau di hadapan Tuhan dengan
sedemikian hinanya, dan merujuk diri beliau sebagai 'debu' belaka, maka saya
bahkan tak setara dengan itu. Namun hal itu terjadi pada saya, bahwa walaupun
saya mungkin tak berarti dan lebih rendah dari pada debu bumi, [namun] jika
Allah telah memilih saya, Dia akan mencurahkan cahaya-Nya kepada saya dan
menguatkan saya dengan kemampuan-kemampuan yang besar. Dia akan menjadikan
segenggam debu itu bercahaya lebih terang dari pada semua intan dan permata di
dunia ini.
Pendeknya,
saya tidak memiliki kata-kata untuk menggambarkan kelemahan-kelemahan saya yang
banyak itu. Oleh sebab itu tolonglah saya dengan do'a-do'a kalian. Saya akan
bekerja untuk kesejahteraan masing-masing dan setiap orang dari kalian.
Kadang-kadang, perbedaan-perbedaan mungkin timbul di kalangan kita, tapi kita
hendaknya tidak membiarkan hal-hal itu menyebabkan perpecahan dan cerai-berai
dalam Jama'at. Kadang-kadang juga, dan menyusul kewafatan Hadhrat Khalifatul
Masih II(r.a.), masing-masing anggota keluarga Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.)
bertekat bahwa kita tidak akan membiarkan timbulnya perpecahan dalam Jama'at;
dan apapun pengorbanan yang harus kita persembahkan, kita akan [lakukan]. Tentu
saja, kita tidak akan mengorbankan kepentingan-kepentingan Jama'at demi
kepentingan-kepentingan kita sendiri; kenyataannya dengan segala cara [kita]
akan memegang kepentingan-kepentingan Jama'at hingga derajat tertinggi. Allah
Ta'ala memberkati Hadhrat Khalifatul Masih II(r.a.), dengan keberhasilan luar
biasa dan beliau memenuhi kewajiban-kewajiban beliau sepenuhnya. Kini merupakan
tugas kita untuk bergerak maju dan mengambil banyak manfaat dari
pencapaian-pencapaian beliau.
Kemarin
seorang kawan mengingatkan saya mengenai hal ini, dan saya meyakinkan dia,
bahwa tak ada anggota keluarga dari Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.) yang akan
mengorbankan kepentingan-kepentingan Jama'at demi [kepentingan]nya sendiri.
Masing-masing kita adalah milik Allah sejak awal, termasuk Hadhrat Masih Mau'ud
dan termasuk Jama'at. Tak akan ada kelemahan atau kegelisahan di pihak kami.
Tuhan
telah membebani saya dengan tanggung-jawab ini dan memilih saya dengan
perantaraan kalian. Saya hanyalah seorang yang lemah; oleh sebab itu kalian
wajib menolong saya dengan do'a-do'a kalian. Berdo'alah semoga Tuhan memberikan
kemampuan kepada saya untuk memenuhi kewajiban-kewajiban saya dan semoga tak
ada halangan yang datang di jalan pengkhidmatan dan penyebaran Islam, bahkan
dengan berkat-berkat Allah semoga hal itu terus maju hingga hari ia akan
mengungguli agama-agama dunia lainnya.
Saya
akan berlaku kasih sayang dan murah hati kepada kalian. Hadhrat Khalifatul
Masih II telah membawa kita ke jalan ini. Sejak masa kanak-kanak saya telah
merasakan bahwa Hudhur menginginkan anak-anak beliau untuk menjadi sumber
kesenangan lebih dari pada yang ditekankan terhadap orang-orang. Beliau telah
mengungkapkan hal ini dalam satu baris kalimat berikut ini:
Ilahi
Khair Hi Daikhain Nighain. (Tuhan! Biarlah
mata mereka memancarkan kedamaian)
Lagi
pula saya diberkati dengan Hadhrat Amma Jan untuk seorang ibu. Seorang ibu yang
tak ada orang lain yang telah diberkati seperti itu kecuali anak-anak dari
istri-istri Nabi Suci Muhammad(s.a.w.). Beliau mengangkat saya dengan cara yang
bahkan ahli kejiwaan besar dunia tak akan mampu [lakukan] untuk mendidik
anak-anak mereka. Saya teringat dua anak yatim (pria dan wanita) yang beliau
ambil dalam asuhan beliau dan memelihara mereka dengan begitu cintanya sehingga
beliau sendiri memandikan mereka dan memunguti kutu-kutu mereka dengan tangan
beliau sendiri. Saya bahkan teringat dengan ruangan yang di dalamnya pada suatu
peristiwa Hadhrat Amma Jan makan malam
dengan anak-anak ini. Saya tidak mengetahui mengapa tapi saya tidak ikut dengan
mereka. Sebab dari sikap saya beliau tidak menawarkan makanan kepada saya
hingga saya terpaksa memintanya bagi diri saya sendiri pada larut malam.
Peristiwa ini mengajarkan kepada saya bahwa orang-orang yang mempunyai hubungan
dengan Tuhan itu menilai tanggung jawab mereka untuk menolong dan menjadi
penjaga orang-orang yang yatim, miskin dan membutuhkan."
Sesudah
membacakan sumpah dan mengakhiri pidato beliau, Hadhrat Khalifatul Masih III
mengambil bai'at dari semua orang yang hadir. (Al-Fadhal, Rabwah, 17
November 1965, hal. 2-3)
Sumber: Buku Suvenir “Centenary Khilafat-e-Ahmadiyya”
Tahrik-e-Jadid Anjuman Ahmadiyya Pakistan, hal. 33-34
Pidato
Pertama Hudhur Yang Bersemangat Sebagai Khalifatul Masih IV
Keterangan
gambar: Pidato pertama dari Hadhrat Khalifatul Masih IV selaku Khalifatul
Masih.
Hari
Kamis, 10 Juni 1982, Hadhrat Sahibzada Mirza Tahir Ahmad, mengambil bai'at
Khilafat yang ditetapkan dalam aturan prosedur dari Majelis Pemilihan. Beliau
kemudian menyampaikan pidato bersemangat berikut ini kepada para anggota
Majelis Pemilihan. Sesudah membaca tasyahud, ta'awudz dan tasmiah
beliau bersabda:
"Tuan
Sekretaris Majlise Intikhabe Khilafat telah memberi kabar kepada saya
bahwa Hadhrat Khalifatul Masih III (Semoga Allah melimpahkan kasih sayang-Nya
yang tak terhingga kepada beliau, Semoga semua cita-cita beliau terpenuhi,
Semoga Allah Ta'ala memberikan kemampuan kepada kita untuk menyempurnakan
pekerjaan-pekerjaan yang beliau tetapkan menurut kehendak Tuhan) memberikan
pidato singkat ketika beliau terpilih sebagai Khalifah sebelum menerima ikrar
bai'at. Semua yang ingin saya katakan kepada kalian adalah bahwa kalian
hendaknya berdo'a untuk saya juga untuk diri kalian sendiri dengan kata-kata:
(teks
Arab) (Al-Baqarah:287)
Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan atas kami beban yang kami tidak sanggup
memikulnya; dan ampunilah dosa-dosa kami dan kasihanilah kami; Engkau adalah
Majikan kami; maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
Tanggung
jawab ini adalah begitu mematikan, sukar dan menggelisahkan yang membuat saya
teringat kata-kata Hadhrat Umar(r.a.) ketika akan wafat:
(teks
Arab)
Ya
Allah, aku tidak meminta ganjaran dari Engkau tidak pula aku menginginkan
perhitungan bagi sesuatu.
Adalah
benar bahwa Tuhan mengangkat Khalifah, saya selalu mempercayai hal ini dan jika
Allah memberikan kemampuan kepada saya, saya akan terus berbuat demikian hingga
napas terakhir saya. Pemilihan Khalifah bukan masalah campur tangan manusia.
Oleh sebab itu, karena saya kini adalah Khalifah saya tidak bertanggung jawab
lagi kepada kalian ataupun kepada anggota Jama'at lainnya. Ini tidak berarti
bahawa saya kini mempunyai kebebasan untuk berbuat seperti yang saya mau;
bahkan kini saya bertanggung jawab langsung kepada Tuhan. Kalian tidak
mengetahui keadaan hati saya. Kalian tidak menyadari rahasia-rahasia yang
tersembunyi. Bagaimanapun, Tuhan saya dapat menembus ke dalam relung-relung
yang paling dalam. Dia tidak akan menerima suatu alasan yang lemah dari saya.
Saya akan menjadi layak menerima karunia-Nya hanya jika amal-amal saya ikhlas,
terbit dari ruh ketaatan dan didorong oleh takwa. Oleh sebab itu, saya
tidak lagi bertanggung jawab kepada [manusia] yang lemah bahkan kini saya
menundukkan diri dan bertanggung jawab kepada Wujud Yang Maha Besar dan Maha
Kuasa. Ini bukan merupakan tanggung jawab kecil. Setiap urat syaraf saya
bergetar dengan pemikiran apakah Dia akan tetap meridhai saya, bahwa Dia akan
memberikan saya kehidupan selama Dia tetap ridha dengan saya, dan memberkati
saya dengan tidak membiarkan saya bahkan untuk berpikir yang bertentangan
dengan kehendak Dia. Saya khawatir apakah Dia akan memberikan kemampuan kepada
saya untuk melindungi hak-hak setiap orang, dan menjunjung konsep keadilan
Islami. Tanpa menegakkan keadilan, ihsan (memberikan tanpa diminta)
tidak dapat diraih dan jika ihsan tidak dapat dipenuhi maka (teks Arab)
(An-Nahl:91)
Dan
memberi kepada kaum kerabat.
tidak
dapat ada. Kalian semua hendaknya berdo'a untuk hal ini. Sebelum saya mengambil
bai'at, saya ingin meminta Hadhrat Ch. Muhammad Zafrullah Khan Sahib untuk
datang ke depan sebagai wakil dari para sahabat Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.) dan
menjadi [orang] pertama yang meletakkan tangannya di bawah tangan saya. Hati
saya merindukan dan berhasrat bahwa, tangan yang telah menyentuh tangan Hadhrat
Masih Mau'ud(a.s.) hendaknya menjadi [tangan] pertama yang menjabat tangan
saya. Oleh sebab itu saya meminta Hadhrat Chaudry Muhammad Zafrullah Khan untuk
datang ke depan. Sesudahnya ikrar bai'at ini akan berlangsung."
Selanjutnya, seluruh anggota majelis mengikrarkan bai'at mereka di tangan
beliau, disusul dengan do'a bersama dipimpin oleh Hudhur. Sesudah bai'at
seluruh anggota majelis berjumpa dengan Hudhur. (Al-Fadhal, 19 Juni 1982,
hal. 2-3)
Para
anggota Majelis Pemilihan Khilafat mengikrarkan bai'at mereka seketika itu
juga, yang sesudah itu, para anggota Jama'at yang tersisa diizinkan memasuki
masjid, dan orang-orang di dalam dan sekitar Masjid Mubarak (sekitar 25.000
orang) juga mengikrarkan bai'at mereka. Begitu bai'at telah diambil Hudhur mengimami
shalat ashar. Sesudah itu, peti jenazah Hadhrat Khalifatul Masih III diusung ke
Bahisyti Maqbarah. Hadhrat Khalifatul Masih IV juga ikut serta mengusung peti.
Hudhur memimpin shalat jenazah dan pemakaman ditutup dengan do'a bersama. (Zamimah,
Al-Fadhal, Rabwah, 10 Juni 1982, hal. 1; Al-Fadhal, 12 Juni 1982)
Hal. 36
Sumber: Buku Suvenir “Centenary Khilafat-e-Ahmadiyya”
Tahrik-e-Jadid Anjuman Ahmadiyya Pakistan, hal. 36
Pidato
Umum Pertama Dari Hadhrat Khalifatul Masih V
Keterangan
gambar: Hadhrat Sahibzada Mirza Masroor Ahmad Sahib sesudah pemilihan Khilafat.
Hadhrat
Sahibzada Mirza Masroor Ahmad melakukan sumpah Khilafat seperti yang ditetapkan
dalam peraturan-peraturan Intikhabe Khilafat (Pemilihan Khilafat). Sesudah
melakukan sumpah, beliau membaca tasyahud, ta'awudz dan Surah
Al-Fatihah. Ketika sedang membaca Surah Al-Fatihah beliau mengulangi ayat
(teks Arab) Bimbinglah kami pada jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang
telah Engkau beri nikmat kepada mereka, sebanyak tiga kali.
Beliau
selanjutnya bersabda: "Saya sama sekali tak mengetahui amal apa yang
membuat saya telah terpilih. Kalian semua telah menyaksikan kekayaan ilmu
pengetahuan yang dipunyai oleh Hadhrat Khalifatul Masih IV. Saya tidak memiliki
suatu ilmu pengetahuan apapun. Oleh karena, peraturan-peraturan tidak
membolehkan saya menolak jabatan Khilafat, saya tak punya pilihan kecuali
dengan tenang menerima kedudukan ini. Jika kalian telah memilih saya dengan
menjadikan Tuhan sebagai saksi kalian bahwa kalian menilai saya mampu mengemban
tugas-tugas dari jabatan ini, maka saya memohon kalian untuk menolong saya
dengan do'a-do'a kalian. Saya adalah seorang manusia yang amat lemah. Tugas ini
tidak dapat dipenuhi tanpa bantuan do'a. Semoga Allah juga menganugrahi saya
kesempatan untuk berdo'a bagi kalian dan menjadikan saya layak [untuk
melaksanakan] sumpah yang saya telah lakukan. Lagi, saya meminta kalian untuk
menolong saya dengan berdo'a untuk saya, berdo'a untuk saya, berdo'a untuk
saya. Menurut kata-kata Hadhrat Khalifatul Masih IV, hidup saya kini di tangan
Tuhan. Maka, semoga Dia dengan kasih sayang-Nya yang mutlak memberikan saya
kekuatan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Amin."
Sesudah
beberapa patah kata ini Hudhur mengambil bai'at dari para anggota Majelis
Pemilihan. Sebelum melakukan demikian beliau meminta Mirza Abdul Haq Sahib
untuk datang ke depan dan memegang tangannya. Hudhur mengatakan kepadanya untuk
berdo'a.
Para
anggota Majelis Pemilihan mengikrarkan bai'at mereka dalam keadaan terharu.
Hudhur mula-mula mengulangi perkataan-perkataan bai'at dalam Bahasa Urdu dan
kemudian dalam Bahasa Inggris sebelum memimpin do'a bersama.
Sumber:
Buku Suvenir “Centenary Khilafat-e-Ahmadiyya” Tahrik-e-Jadid Anjuman Ahmadiyya
Pakistan, hal. 39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.