Berikut ini adalah kisah-kisah dari para sahabat Rasulullah saw. yang menunjukkan betapa tingginya keimanan dan keteguhan mereka.
Lama sesudah Perang Uhud sahabat-sahabat Hadhrat Talha bertanya kepadanya, “Apakah tanganmu tidak sakit saat jadi sasaran panah-panah itu dan sakitnya tidak menyebabkan engkau memekik?” Talha menjawab, “Sangat pedih dan hampir membuat aku menjerit, tetapi aku tahan. sebab aku tahu bahwa apabila tanganku bergerak sedikit, wajah Rasulullah saw. akan menjadi bulan-bulanan panah musuh.”
Abu Zarr memohon diperbolehkan merahasiakan imannya terhadap sukunya. Rasulullah saw. Menjawab bahwa ia boleh berbuat demikian beberapa hari. Tetapi, ketika ia berjalan di lorong Mekkah, didengarnya serombongan pemimpin-pemimpin Mekkah memaki dan mencemoohkan Rasulullah saw. dan melancarkan serangan-serangan kotor. Ia tak dapat menguasai dirinya untuk merahasiakan iman dan segera menyatakan, “Aku menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan tidak ada yang patut disembah selain Allah, dan Muhammad adalah abdi-Nya dan Rasul-Nya”.
Teriakan di tengah khalayak orang-orang kufar seolah-olah merupakan tantangan. Mereka bangkit dalam marah dan ia dipukuli sehingga jatuh pingsan. Paman Rasulullah, Abbas, yang pada waktu itu belum bai’at ada di situ dan berusaha secara lisan membela orang yang jadi bulan-bulanan itu. “Makanan kafilahmu adalah berasal dari suku Abu Zarr,” katanya, “ Jika mereka marah atas perlakuanmu terhadap dia, kaumnya dapat membuat kamu mati kelaparan”. Akhirnya ditinggalkan Abu Zarr. Hari berikutnya Abu Zarr tinggal di rumah, tetapi hari esoknya, selagi ia menuju kumpulan itu dan mendengar lagi mereka memaki dan mengutuk Rasulullah saw. seperti yang sudah-sudah. Ia pergi ke Ka'bah dan menjumpai orang-orang di sana berbuat serupa. Ia tak dapat menguasai dirinya, lalu berdiri dan mengucapkan peryataan imannya. Sekali lagi ia diperlakukan dengan aniaya lagi ganas. Hal itu masih terjadi hingga ketiga kalinya dan kemudian Abu Zarr pulang ke sukunya.
Terpotongnya tangan Hadhrat Talha ra.
Saat perang Uhud umat Islam yang pada awalnya menang menjadi terdesak. Rasulullah saw. pun menjadi sasaran gempurna musuh, yang pada saat itu beliau hanya dilindungi beberapa sahabat yang membentuk lingkaran. Lasykar Mekkah menggempur lingkaran itu dengan ganasnya. Satu demi satu orang-orang Islam dalam lingkaran itu rebah karena tebasan-tebasan prajurit-prajurit berpedang Mekkah. Sementara Dari bukit Uhud pemanah-pemanah melepaskan panah-panahnya. Pada saat itu Hadhrat Talha, seorang Muhajir, melihat musuh melepas anak-anak panahnya ke arah wajah Rasulullah saw. Ia merentangkan tangannya dan diangkatnya ke atas, melindungi wajah Rasulullah saw. Panah-panah itu satu demi satu mengenai tangan Hadhrat Talha, tetapi tangannya tidak diturunkan sungguhpun tiap panah menembus tangannya. Akibatnya beliau pun harus kehilangan tangannya dalam keadaan terpotong-potong. Akhirnya Hadhrat Talha kehilangan tangannya dan seumur hidupnya ia menjadi orang buntung. Di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib, ketika keretakan di dalam tubuh Islam mulai tampak, Hadhrat Talha diejek oleh seorang musuh dengan menyebutnya Talha si Buntung. Hadhrat Talha hanya menjawab, “Buntung, memang, tetapi tahukah kamu di mana ia kehilangan tangannya? Di dalam Perang Uhud, saat ia mengangkat tangannya memerisai wajah Rasulullah saw. dari panah-panah musuh.”Lama sesudah Perang Uhud sahabat-sahabat Hadhrat Talha bertanya kepadanya, “Apakah tanganmu tidak sakit saat jadi sasaran panah-panah itu dan sakitnya tidak menyebabkan engkau memekik?” Talha menjawab, “Sangat pedih dan hampir membuat aku menjerit, tetapi aku tahan. sebab aku tahu bahwa apabila tanganku bergerak sedikit, wajah Rasulullah saw. akan menjadi bulan-bulanan panah musuh.”
Kegigihan Hadhrat Abu Zarr
Abu Zarr dari suku Ghaffar mendengar tentang Rasulullah saw. dan pergi ke Mekkah guna penyelidikan. Kaum Mekkah mencoba menghalang-halanginya dengan mengatakan bahwa mereka mengenal betul Muhammad dan bahwa gerakannya itu hanya bertujuan untuk kepentingan sendiri. Abu Zarr tidak terpengaruh, ia menjumpai Rasulullah saw. Dan setelah mendengar amanat Islam, ia langsung bai’at dan masuk Islam. Abu Zarr memohon diperbolehkan merahasiakan imannya terhadap sukunya. Rasulullah saw. Menjawab bahwa ia boleh berbuat demikian beberapa hari. Tetapi, ketika ia berjalan di lorong Mekkah, didengarnya serombongan pemimpin-pemimpin Mekkah memaki dan mencemoohkan Rasulullah saw. dan melancarkan serangan-serangan kotor. Ia tak dapat menguasai dirinya untuk merahasiakan iman dan segera menyatakan, “Aku menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan tidak ada yang patut disembah selain Allah, dan Muhammad adalah abdi-Nya dan Rasul-Nya”.
Teriakan di tengah khalayak orang-orang kufar seolah-olah merupakan tantangan. Mereka bangkit dalam marah dan ia dipukuli sehingga jatuh pingsan. Paman Rasulullah, Abbas, yang pada waktu itu belum bai’at ada di situ dan berusaha secara lisan membela orang yang jadi bulan-bulanan itu. “Makanan kafilahmu adalah berasal dari suku Abu Zarr,” katanya, “ Jika mereka marah atas perlakuanmu terhadap dia, kaumnya dapat membuat kamu mati kelaparan”. Akhirnya ditinggalkan Abu Zarr. Hari berikutnya Abu Zarr tinggal di rumah, tetapi hari esoknya, selagi ia menuju kumpulan itu dan mendengar lagi mereka memaki dan mengutuk Rasulullah saw. seperti yang sudah-sudah. Ia pergi ke Ka'bah dan menjumpai orang-orang di sana berbuat serupa. Ia tak dapat menguasai dirinya, lalu berdiri dan mengucapkan peryataan imannya. Sekali lagi ia diperlakukan dengan aniaya lagi ganas. Hal itu masih terjadi hingga ketiga kalinya dan kemudian Abu Zarr pulang ke sukunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.